Sidang Tuhan Sepanjang Sejarah



Wahyu 12 :  1  –  6: “Maka kelihatanlah  di  langit  suatu  keajaiban  besar,  yaitu  seorang  perempuan  berpakaian matahari, dan bulan berada  di  bawah kakinya, dan di  kepalanya  bermahkotakan sebuah mahkota dengan dua  belas  bintang. Adalah ia  itu mengandung  dan berteriak sebab sakit  dan sengsara hendak  melahirkan.  Maka kelihatan  pula sebuah  keajaiban  yang  lain  di  langit,  yaitu  ada  seekor naga besar  yang  merah  menyala,  berkepala tujuh  dan  bertanduk sepuluh dan di  atas  kepalakepalanya  bermahkota  tujuh. Dan ekornya  menyeret  sepertiga  dari  segala  bintang  di  langit, lalu dicampakkannya  ke  bumi;  maka  berdirilah naga  itu di  hadapan perempuan  yang  sedang  hendak melahirkan itu, supaya  apabila  ia  sudah melahirkan, naga  itu dapat  menelan anaknya  itu. Maka  ia memperanakkan  seorang  bayi  laki-laki  yang  akan memerintah segala  bangsa  dengan tongkat besi;  maka  anaknya  itu  pun disambar  dibawa  kepada  Allah dan kepada  tahta-Nya.  Maka perempuan itu melarikan diri  ke padang  belantara,  di  sana ada suatu  tempat  disediakan  Allah baginya supaya dipeliharakan orang akan dia di situ seribu dua ratus enam puluh hari lamanya.”
Saya  yakin kita  semua  setuju, bahwa  perempuan dari  Wahyu 12 ini  adalah melambangkan  Sidang;  bahwa naga  itu  adalah  melambangkan  Setan;  dan  bahwa  anak  kecil  itu melambangkan  Kristus.  Tetapi  karena sama halnya kita mungkin  tidak  sepaham  mengenai apakah  perempuan  itu  melambangkan  sidang  Perjanjian  Lama  atau  sidang  Perjanjian  Baru  ataupun kedua-duanya, maka  adalah penting  agar  kita  mempelajari  untuk membuktikannya.
Sekarang,  dengan  sendirinya pertanyaan-pertanyaan  akan  timbul; jika  Kristus  melahirkan sidang  Kristen, maka  bagaimanakah mungkin perempuan itu adalah ibu-Nya?  Dan bukankah Kristus  lahir  sedikit-dikitnya  tiga  puluh tahun sebelum  sidang  Kristen muncul  berdiri?  Bukankah telur  lebih dulu keluar  sebelum  ayam  ditetaskan?  Dan akhirnya, bukankah  benar  bahwa  jika  kita terus  keliru dengan sesuatu pegangan  yang salah, maka  kita  akan  menemukan diri  kita  makin hari  makin jauh dari  kebenaran mengenai  pokok masalah ini?  Tentu saja. Jadi, marilah kita mencari landasan yang pasti di atas mana kita akan membangun.
Kita  semua  mengetahui, bahwa  Kristus  telah lahir, bukan bagi  sidang  Kristen, melainkan bagi  sidang  Yahudi. Demikianlah halnya, maka  bagaimanakah dapat  kita  menghindari  diri  dari kebenaran, bahwa  perempuan bermahkota  yang  berisikan dua  belas  bintang  ini  terutama  adalah sidang  Yahudi  yang  gelisah kesakitan lalu melahirkan “Juruselamat  dunia”  dalam  periode sejarah Perjanjian Lama?

Lagi  pula, sebelum  anak itu lahir  dan sebelum  Injil  Kristus  datang  kepada  Sidang, perempuan itu sudah bersalutkan matahari  dan bulan berada  di  bawah kakinya. Oleh karena  itu tidak dapat  dimaafkan sedikit  pun bagi  siapa  pun untuk menyimpulkan,  bahwa  perempuan itu adalah melambangkan  Sidang  yang  bersalutkan  Injil  Kristus. Dan jika  sekiranya  matahari pakaiannya itu bukan melambangkan Injil Kristus, maka apakah yang dilambangkannya?
Oleh  karena perempuan  itu  sudah  berpakaian  matahari  sebelum  Kristus  lahir, dan sebelum  Injil  datang, maka  pakaian mataharinya  itu melambangkan Alkitab, Firman Allah  yang menyelubunginya dalam periode sejarah nabi-nabi.
Apakah  yang dilambangkan oleh bulan di  bawah kakinya  itu?  Dari  kenyataan bahwa bulan dari  segala langit  memantulkan  cahaya  yang  berasal  dari  matahari  kepada bumi,  maka sebab itu bulan  simbolis  itu  yang  berada  di  bawah kaki  perempuan  itu, dan matahari  bercahaya langsung menyinarinya,  bukan oleh  pantulan  melalui  bulan, menunjukkan bahwa  saluran pembawa  terangnya  itu,  yaitu bulan, sedang  berlalu, tidak diperlukan lagi, sehingga  matahari sendiri  sebagai  sumber  cahayanya  bersinar  langsung  ke atasnya  menyelubunginya dengan cahaya-cahayanya  yang  cerah.  Apa  lagi  yang  dapat  dilambangkan  oleh  bulan  kalau  bukan masa periode sejarah  sebelum  Alkitab  muncul,  yaitu  masa sejarah  sebelum  Musa di  mana  Firman Allah  tidak  menyinari langsung  atas  umat seperti halnya  di  waktu  ini  (sebab  mereka  belum memiliki  Alkitab di  waktu itu), melainkan telah dipantulkan kepada  mereka  itu oleh hamba-hamba  Allah sebagai  perantara, artinya  para  nabi  sebelum  Musa  tidak pernah menuliskan pekabaran-pekabaran dari Allah melainkan meneruskannya secara lisan saja.
Walaupun perempuan bermahkota  yang  berisikan dua  belas  bintang  ini  melambangkan sesuatu  dalam  sejarah  Perjanjian  Lama  seperti  yang  kita saksikan,  namun  bagaimana pun  ia terlihat juga melambangkan  sesuatu  di  dalam  sejarah  Perjanjian  Baru.  Ini  dapat  kita saksikan  dari kenyataan, bahwa  sesudah anak kecil  itu lahir  dan sesudah sidang  Kristen  datang  kepada perempuan itu dikaruniakan sayap-sayap dari  burung  garuda, lalu dengan demikian memungkinkannya  untuk terbang  ke  dalam  padang belantara, untuk  di  sana  ia  dipeliharakan orang  “selama satu  masa,  dua masa,  dan  setengah  masa.”  Lagi  pula ditinggalkannya  kebun anggurnya itu  (tanah  airnya  –  Palestina)  lalu  pergi  ke dalam  padang  belantara (negeri-negeri bangsa-bangsa Kapir,  karena itulah  yang  dilambangkan  oleh  padang  belantara sebagai  lawan kata  dari  kebun anggur),  kembali  menunjukkan,  bahwa  perempuan  itu  masih  terus  ada setelah anaknya lahir.
Dengan  mengambil  semua titik  persoalan  ini  menjadi  suatu  kesatuan  yang  menyeluruh, maka semua itu  secara positif  menunjukkan,  bahwa perempuan  itu  adalah  melambangkan  Sidang Allah  yang  kekal  bagi  segala zaman,  dan  bahwa ia adalah  penyimpan  Kebenaran-Nya,  yaitu isteri-Nya  yang  sejati,  Kebenaran  yang  telah  melahirkan  Kristus  dan  yang  telah  melahirkan semua “saudara-saudara-Nya” (semua pengikut-Nya), “yang  sisa  dari  benih perempuan itu.” Ayat 17.
Pada waktu  dijanjikan  tentang  akan  datangnya,  Juruselamat,  maka pada waktu  itulah naga  itu mengetahui, bahwa  Sidang  akan melahirkan “seorang  bayi  laki-laki”, dan semenjak itu ia terus  mengamat-amati  perempuan itu dengan  teliti  dengan harapan untuk membinasakan Penebus  dunia itu  segera setelah  kelahiran-Nya.  Ini  diusahakannya  untuk dapat  diselesaikan melalui  Herodes  pada waktu  ia menyuruh  membantai  sejumlah  besar  anak-anak  kecil.  Anak Kristus, bagaimana  pun  telah meloloskan diri, maka  Iblis  dalam  hubungan ini  telah menemui kegagalannya yang pertama.
Kini  Naga  itu sambil  diperkuat  dengan tujuh kepala  dan sepuluh tanduk, menunjukkan bahwa ia menguasai  semua penguasa sipil  maupun  agama pada hari  itu  (karena lambang  dari angka  “sepuluh”  menunjukkan universal,  sama  seperti  halnya  yang  dilambangkan oleh  sepuluh jari  kaki  dari  Daniel  pasal  2, sepuluh tanduk  dari  binatang-binatang  Alkitab lainnya, dan sepuluh anak dara dari Matius pasal 25).
Tanduk-tanduk melambangkan semua  penguasa  sipil, sementara  kepala-kepala melambangkan  semua  penguasa  agama,  karena  angka  Alkitab  “tujuh”  menunjukkan kelengkapan.  Lagi  pula, dari  kenyataan  bahwa  Sidang  (orang-orang  Yahudi), satu-satunya perantara melalui  siapa  Allah  bekerja sampai  kepada masa itu,  telah  menyalibkan  Tuhan,  maka cukup terbukti  dengan sendirinya, bahwa  Sidang sudah murtad, bahwa  ia  telah menjadi  kepala yang ketujuh dari  tubuh  Naga  itu, dan  bahwa  demikianlah Naga  itu telah  dipersenjatai  dengan sepuluh tanduk dan tujuh  kepala,  --  dengan semua  penguasa  sipil  maupun  agama. Dan begitulah sebagai  anda saksikan,  maka Naga dengan  tanduk-tanduknya  dan  kepala-kepalanya itu melambangkan dunia yang telah ditaklukkan oleh Iblis.
Demikianlah, bahwa  dunia  telah hilang  pada  hari  itu, dan demikianlah  bahwa  Kristus telah  datang  untuk  menyelamatkannya.  Untuk  melaksanakan  semuanya ini  Ia telah  memulaikan sebuah organisasi  sidang  yang  baru.  Dalam  terang inilah kita  melihat  Kristus, Juruselamat  dunia, dan misi-Nya menjadi makin lebih penting daripada yang pernah kita melihatnya sebelumnya.
Terseretnya  dari  langit  sepertiga  bagian dari  segala  bintang  oleh Naga  itu (bintang-bintang  = malaikat-malaikat,  ayat  9)  dengan  ekornya,  bukan  dengan  gigi-giginya, menunjukkan, bahwa pada  permulaan  pemberontakan  umum  Setan  malaikat-malaikat  itu  dengan  suka rela telah mengikuti  pemimpin pemberontak itu lalu menggabungkan diri  dengannya  dalam  pekerjaan jahatnya melawan keluarga manusia.
Wahyu 12 :  7  –  17 : “Maka jadilah  peperangan  di  dalam  sorga,  Mikhail  berikut  segala malaikat-Nya berperang melawan  Naga itu,  dan  Naga  berikut  semua malaikatnya berperanglah,  maka Naga dan  malaikatmalaikatnya  itu tiada  menang  dan tempat  mereka  pun sudah hilang di  sorga. Maka  tercampaklah Naga besar  itu,  yaitu  ular  tua,  yang  dinamakan  Iblis  dan  Setan,  yang  telah  menyesatkan  seluruh isi dunia;  ia telah  tercampak  ke bumi,  dan  segala malaikatnya pun  sudah  tercampak  beserta dengan dia. Maka  aku dengar  suatu suara  besar  mengatakan di  dalam  sorga  bunyinya  :  Sekarang sampailah  keselamatan  dan  kodrat  dan  kerajaan  Allah  kita,  dan  kuasa  dari  Kristus-Nya,  karena sudah tercampak ke  bawah Penuduh semua  saudara  kita  itu,  yang  telah  menuduh mereka  itu di hadapan hadirat  Allah baik siang  baik malam. Sekalian mereka  itu sudah mengalahkan dia  oleh darah  Anak  Domba dan  oleh  perkataan  kesaksian  mereka;  maka mereka  itu  tiada  menyayangi nyawanya  walaupun sampai  mati. Sebab itu bersoraklah  kamu, hai  segala  langit, dan  semua kamu  yang  diam  di  dalammya. Celaka  bagi  semua  penduduk bumi  dan laut, sebab  Iblis  sudah turun  kepadamu  dengan  besar  amarahnya,  sebab  ia mengetahui,  bahwa masanya sudah  singkat. Dan  pada  waktu  Naga itu  melihat  dirinya sudah  tercampak  ke bumi,  maka ia lalu  menganiaya perempuan itu  yang  telah melahirkan anak laki-laki. Maka  dikaruniakanlah kepada  perempuan itu kedua  sayap burung  garuda  yang  besar  supaya ia dapat  terbang  ke  dalam  padang  belantara, yaitu  ke tempatnya,  di  sana ia akan  dipeliharakan  orang  selama satu  masa,  dua masa dan setengah  masa  jauh  dari mata  ular  itu.  Maka  ular  itu  menyemburkan  air  dari dalam mulutnya seperti banjir  mengikuti perempuan itu dari  belakang, supaya  ia  dapat  dihanyutkan oleh banjir  air ular  itu. Tetapi  bumi  telah menolong  perempuan itu dengan mengangakan mulutnya  lalu menelan  air  banjir  yang  telah disemburkan  dari  mulut  Naga  itu. Maka  naiklah amarah  Naga  itu akan  perempuan itu, lalu pergi  memerangi  yang  lagi  tinggal  dari  benih perempuan itu,  yaitu mereka  yang  memeliharakan  perintah-perintah  Allah, dan  yang memiliki  kesaksian Yesus Kristus.”
Titik  masalah  penting  yang  harus  dicatat dari ayat-ayat ini ialah,  bahwa  setelah naga  itu dan  malaikat-malaikatnya terbuang  keluar  dari  sorga (kekalahan  Setan  yang  kedua),  dan  sesudah ia  menganiaya  Sidang, dan perempuan itu melarikan diri  ke  dalam  padang  belantara, maka  naga itu telah menyusulnya  ke  sana,  tetapi  bukannya  ia  menganiaya  perempuan itu di  sana,  melainkan ia  bahkan menyemburkan “air  yang  bagaikan banjir  mengikuti  perempuan  itu dari  belakangnya”, sambil  berharap untuk  membuat  perempuan itu  hanyut  terbawa  air  semburan itu. Dengan kata lain,  sesudah  ia menyaksikan  bahwa  ia tak mungkin dapat  menghentikan pertumbuhan Sidang Kristen  dengan  cara menganiayakan  para pengikutnya,  maka ia merobah  siasatnya dan  sebagai gantinya  ia  mendorong  orang-orang  Kapir  untuk menggabungkan diri  dengan perempuan itu, dengan begitu ia mengharap untuk mengkapirkan perempuan itu --- “menghanyutkan dia.

"Semua air yang telah kaulihat, di mana wanita pelacur itu duduk, adalah bangsa-bangsa dan rakyat banyak dan kaum dan bahasa." (Wahyu 17:15)

“Sementara Tuhan membawa ke dalam sidang orang-orang yang sepenuhnya bertobat, Satan pada waktu yang sama membawa juga orang-orang yang tidak bertobat ke dalam keanggotaan sidang. Sementara Kristus menabur benih yang baik, maka Satan menaburkan lalang-lalang. Ada dua pengaruh yang bertentangan yang terus menerus mendesak anggota-anggota sidang. Pengaruh yang satu sedang bekerja bagi penyucian sidang, dan yang lainnya merusak umat Allah. (Testimonies to Ministers, p. 46)

“Terlalu banyak pekerjaan yang terburu-buru yang dilakukan dalam memasukkan daftar nama-nama anggota baru ke dalam pendaftaran sidang. Kebiasaan buruk yang serius tampak pada beberapa orang yang telah menggabungkan diri dengan sidang. Mereka yang telah menerima orang-orang ini mengatakan ‘kami akan pertama-tama memasukkan mereka ke dalam sidang dan selanjutnya barulah mereformir kehidupan mereka. Tetapi ini adalah tidak benar. Usaha yang pertama yang harus dilakukan adalah usaha mereformasikan,… jangan biarkan mereka bergabung bersama umat Allah dalam persaudaraan sidang sebelum dpat menunjukkan bukti-bukti nyata tentang adanya roh Allah yang bekerja di dalam hatinya. Banyak nama-nama yang terdaftar pada buku-buku sidang adalah bukan orang Kristen." (Review and Herald, May 21, 1901)

Sungguhpun demikian,  Naga  itu kembali  gagal  mencapai  tujuannya, karena  bumi  akan membukakan  mulutnya  dan  menelan  air  banjir  itu; artinya,  Ilham secara  meyakinkan meramalkan,  bahwa orang-orang  yang  menggabungkan  diri  dengan Sidang untuk maksudmaksud tertentu  yang  lain daripada  mengikuti  dan mempraktikkan Kebenaran akan kelak dibuang keluar  dengan cara  ajaib,  yaitu seolah-olah ditelan oleh  bumi. Maka  apabila  peristiwa  ini jadi  Setan  akan  kelak  menemui  kekalahannya  yang  ketiga  kalinya. Kesimpulannya, di  sinilah ketiga  kekalahannya  itu sebagai  berikut:  No.1 :  Kegagalannya  untuk menelan anak kecil  itu;  No. 2 :  Kekalahannya  dalam  peperangan di  dalam  sorga;  No. 3  :  Kegagalannya  untuk mengkapirkan Sidang  dengan cara  membanjiri  perempuan itu dengan orang-orang  yang  tidak bertobat.
Bilamana ia menemui  kekalahannya  yang  ketiga,  apabila semua lalang  yang  ditaburnya itu  terbakar  (karena sebagai  banjir  mereka  itu  akan  ditelan  oleh  bumi,  tetapi  sebagai  lalang mereka  akan  dibakar  oleh  malaikat-malaikat),  kemudian ialah, bahwa  Sidang akan  muncul “Indah bagaikan bulan,  cerah bagaikan matahari,  dan hebat  bagaikan suatu bala  tentara  dengan panji-panjinya”, ia  akan maju terus  ke  seluruh dunia  dengan kemenangan dan untuk memenangkan lagi.” Prophets and Kings, p. 725.

Setelah  menemui  kekalahan  besar  yang  sedemikian,  dan  setelah  melihat  bahwa Sidang telah bebas  dari  air  banjir  semburannya, maka  murka  Naga  itu akan makin hebat  meningkat.  Ia akan  naik  amarahnya terhadap  perempuan  itu  lalu  “memerangi mereka  yang  lagi tinggal dari benih  perempuan  itu,  yaitu  mereka  yang  memeliharakan  perintah-perintah Allah dan  yang memiliki kesaksian Yesus Kristus” (ayat 17) yaitu Roh Nubuat” (Wahyu 19 : 10).

Jelaslah,  bahwa mereka  yang  lagi  tinggal  itu adalah orang-orang  yang  tertinggal  sesudah bumi  mengangakan  mulutnya dan  menelan  air  banjir  itu.  Mereka sebagai  sebuah  badan memeliharakan  perintah-perintah Allah, dan memiliki  Roh Nubuat  yang  hidup,  yaitu Roh  yang mengucapkan  Alkitab,  yang  telah  menghantarkan  umat  Allah  ke dalam  segala Kebenaran sepanjang  segala zaman,  dan  yang  masih  tetap  ada.  Demikianlah,  bahwa  murka Naga itu  dan kesucian Sidang,  yang disebabkan oleh kekalahan Naga  itu  yang  ketiga  kalinya,  akan mendatangkan masa kesusahan besar yang sedemikian itu belum pernah ada :

“Maka  pada  masa  itu akan bangkit  berdiri  Mikhail, Penghulu besar  itu  yang  akan berdiri membela semua bani  bangsamu;  maka akan  ada suatu  masa kesukaran  besar  yang  sedemikian  itu belum  pernah  ada semenjak  berdirinya  sesuatu  bangsa sampai  kepada masa itu;  maka pada masa itu  bangsamu  akan  dilepaskan,  yaitu  setiap  orang  yang  akan  didapati  namanya  tercatat  di  dalam buku.” Daniel 12 : 1.

Tidak ada  apapun di  dalam  dunia  ini  yang  lebih  berharga  daripada  memiliki  nama  kita tertulis  di dalam buku  itu.  Maka  di sanalah  kita  boleh  memiliki nama  kita  tertulis  di dalamnya jika  kita  memilih untuk  mengikuti  Roh Kebenaran itu dan memeliharakan perintah-perintah Allah. Di  sinilah kita  saksikan, bahwa  orang-orang  yang  menyangka,  bahwa  hukum, sepuluh perintah itu, telah “dihapus”, bahwa  kehidupan  mereka  tidak memerlukan penghiburan dari hukum  itu;  dan orang-orang  yang  menyangka, bahwa  Roh Nubuat  adalah sesuatu perkara  dari masa  silam,  bahwa  Allah  telah  membiarkan  dunia  ini mengikuti apa  saja  yang  terbaik  yang  dapat diikutinya, bahwa  Ia  tidak mau lagi  merepotkan diri-Nya  untuk mengirimkan seorang  nabi; bahwa  semua  orang  yang sedemikian itu akan kelak mendapatkan diri  mereka  bergabung  dengan Babil  yang  besar  itu,  yaitu tempat  duduknya  Naga  itu,  maka  gantinya  memiliki nama  mereka tertulis  di dalam buku,  mereka  akan  memiliki tanda  alamat dari binatang  itu,  lalu  mengambil bagian  dalam  melaksanakan  aniaya terhadap  umat  yang  sisa  yang  memeliharakan  perintahperintah Allah, dan memiliki kesaksian Yesus Kristus.

Sekaranglah waktunya  bagi  semua  orang  untuk mengambil  keputusan apakah untuk ditelan oleh bumi  –  dicampakkan ke  dalam  api,  atau supaya  dilepaskan oleh Mikhail, Penghulu Besar kita itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar